“Kenapa kamu suka vanila?” Ilham menoleh padaku.
“Karena vanila warnanya putih.” Aku masih akan menjawabnya dengan kata dan intonasi yang sama seperti itu, tak kurang dan lebih selama Ilham bertanya padaku.
Ilham adalah temanku semenjak kelas satu SMA. Bertahan selama tiga tahun berada di kelas yang sama dan –oh, tidak! Kami berada di satu tempat yang sama di kampus ini dan aku harus bertahan selama empat tahun mendatang. Lagi.
“Kenapa kamu suka vanila?” adalah pertanyaan wajib yang akan dilontarkan Ilham padaku setiap kali kami membeli es krim, kapanpun itu.
Entah kenapa juga, aku tak pernah bosan menjawabnya dengan jawaban yang sama. Aku bersyukur karena Ilham sama sekali tidak pernah mengeluh.
Malam ini ia mengajakku, lebih tepatnya membantu mengerjakan tugas kuliah. Dengan iming-iming semangkok besar es krim vanila, aku pun menyanggupinya.
8 p.m.
Sebuah mangkok besar dan beberapa buku tebal memenuhi salah satu meja di sudut kafe ini. Sekali lagi Ilham bertanya padaku, “Kenapa kau suka vanila?”
“Karena warnanya putih.”
“Seputih cintamu padaku?”
Aku diam. Ilham diam. Wajah Ilham serius.
Beberapa detik berlalu.
“Kena kau!” Ilham sontak tertawa terpingkal-pingkal.
“Kena juga kau! Aku hafal candamu!” Aku tertawa renyah, berharap Ilham tak tahu bahwa hatiku menjawab pertanyaannya. Iya.
*Cerita ini adalah sebuah cerita mini yang saya tulis pada bulan April 2013 dan saya ikut sertakan dalam kuis cerita mini (cermin) bentang. Segala puji bagi Allah, cermin saya terseleksi sebagai salah satu cermin of the month yang kemudian mendapat hak voting sebagai cermin terbaik. Alhamdulillahnya lagi, saya menang. Terima kasih bagi semua pihak yang saya ga paksa tapi sukarela voting buat saya :" Saya kemudian dapet hadiah buku waktu itu. Berikut saya sertakan buktinya biar ga dikata halu mumpung ketemu karena blog Bentangnya udah pindah alamat dan postingan yang ini hilang hehe. Oiya dulu akun twitter saya usernamenya masih @azzuhruf_ifa ya hehe
Comments